Masalah-masalah Pendidikan Indonesia - Beberapa Problem Pendidikan di Indonesia
Pertama, pendidikan bangsa masih belum mampu sepenuhnya berjalan mendahului, atau setidaknya mengiringi perkembangan teknologi yang pesat. Kegiatan belajar mengajar masih sangat tergantung pada buku cetak. Meskipun hal ini juga tidak mencerminkan pendidikan bangsa Indonesia yang membelakangi alias menentang perkembangan teknologi. Artinya, buku cetak pada dasarnya memiliki kekurangan, yang mana apabila tidak segera dilengkapi justru akan melahirkan problem baru. Karena itulah, teknologi yang telah makin canggih sepantasnya dapat dimaksimalkan fungsinya untuk pendidikan, baik kota maupun desa sampai pelosok negeri. Internet, e-book, digital library bisa menjadi contoh fasilitas penunjang pendidikan yang boleh dikatakan mampu mengisi kekurangan dari buku cetak. Materi yang super lengkap dengan berbagai macam bentuk cara penyamaiannya, tersedia di Internet.
Di lain sisi, perlu diperhatikan bahwa kecanggihan teknologi juga memiliki dampak yang buruk bagi pendidikan Indonesia bilamana tidak dipergunakan secara positif. Misalnya saja kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sekolah yang telah menggunakan sudah memanfaatkan teknologi mungkin membuat siswanya tidak mau mencatat (merangkum). Karena semua materi tinggal copy dan paste. Seandainya materi tersebut dibaca, tentu bukan masalah, akan tetapi lain halnya jika file berisi materi itu malah dibiarkan begitu saja di dalam flashdisk atau harddisk/memory komputer. Jujur saja, hal ini sudah banyak terjadi pada siswa-siswi sekarang. Akhirnya teknologi jusru dapat membawa ke arah pembodohan.
Menyikapi fenomena di atas, suatu kewajiban bagi semua elemen masyarakat untuk melihat teknologi sebagai alat untuk memajukan pola pikir positif, serta mencerdaskan bangsa. Sehingga dalam mplementasinya, teknologi memang benar-benar mampu membantu dunia pendidikan Indonesia.
Kedua, kemalasan untuk maju yang masih dan dibiarkan begitu saja membabi-buta serta mengekang pendidikan Indonesia. Mengikuti segala sesuatu yang brbau instan, kini dunia pendidikan pu telah digerogoti prinsip yang penting cepat jadi nilai bagus. Semangat belajar dan berkreasi sendiri dalam tiap individu kiana tergerus oleh semakin canggihnya segala sesuatu. Contoh perilakunya bisa dilihat dari kelakuan pelajar yang cenderung memilih sibuk mencari kunci jawaban ulangan atau ujian ketimbang belajar. Begitu pula mahasiswa/i yang senang membeli nasskah skripsi dari oknum takbertanggungjawab. Ditelusuri lebih jauh, klimaksnya dari rentetan tragedi miris dunia pendidikan Indonesia itu merupakan benih-benih Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Maka dari itu, perlunya peran orang tua menanamkan mental juara yang beriman kuat dan sifat rajin belajar terlebih dulu dalam diri seorang anak sebelum menempuh pendidikan awal di playgroup. Dengan begini pendidikan bangsa nantinya menjadi lebih meyakinkan dan tidak seperti sekarang yang justru melahirkan berbagai perselisihan dan pertentangan diberbagai pihak.
Ketiga, kelakuan guru yang menganggap remeh dan mambatasi kreativitas siswa-siswinya. Kebanyakan murid sekarang sekedar diajarkan untuk menghafal materi saja, atau bisa dibilang dicetak layaknya mesin fotocopy. Apa yang bisa ia kembangkan dianggap salah jika tidak mirip dengan buku. Senada dengan praktek dan cara mengaplikasikan meteri sangat jarang dilakukan. Akibatnya, menjamurlah kini orang-orang yang pintar namun tetap nganggur atau tidak bisa memberi pengaruh positif sesuai ilmu yang dimiliki. Faktornya tidak lain karena sedikitnya pengalaman berhadapan langsung dengan lingkungan. Sehingga seolah kepercayadiriannya nihil, sedangkan ilmungan seperti air dalam gelas yang tenang. Bukan seperti air sungai yang mengalir dan memberi manfaat siapa saja yang dilewatinya.
Keempat, fasilitas pendidikan Indonesia hingga kini masih belum 100% memadai, bahkan masih ada sekolah yang belum memenuhi kriteria kelayakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam kondisi memprihatinkan seperti ini, pemerintah tak mampu cekatan mengatasi. Alih-alih mau meningkatkan mutu pendidikan bangsa Indonesia, pemerintah sendiri saja malah dikepung oleh asap hitam yang dibuat para punggawanya. Huh! Sebenarnya ada apa tidak keseriusan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia? Kita tunggu.
Kelima, Indonesia kurang mengargai jasa dan ilmu para inteleknya. Sudah bnayak cendekiawan dan orang berotak brilian yang memilih bekerja untuk luar negeri. Dengan gaji yang besar serta segala pelayanan yang setimbang dengan ilmunya, tenti dapat membuat mereka betah bekerja di sana. Lalu, negara mana yang kemudian akan terus mengalamiperkembangan? Kita mungkiin sebatas bangga bila ada anak bangsa yang sukses dan terkenal di negeri orang. Namun apakah bisa dipastikan mereka merasa bangga terhadap bangsa dan tanah airnya? Entah...
Itulah beberapa masalah/problem pendidikan di Indonesia. Kiranya, tiba saatnya bagi bangsa Indonesia untuk lebih menghargai para ilmuannya. Janganlah ‘membiarkan’ cendekiawan bangsa memilih hijrah ke negeri orang, sedangkan bangsa Indonesia sendiri dengan `bangga` di jajah kembalioleh bangsa asing. Jangan sampai pula kelak kita mesti memohon-mohon kepada para ilmuwan bangsa yang bbekerja di luar negeri untuk kembali dan mengabdi memajukan bangsa. Padahal mereka terlanjur terikat kontrak kerja atau berganti kewarganegaraan. Bukankah kalau begini yang ada justru kehilangan para tokoh intelektual? Lalu, kapan Indonesia MAJU? Dan kaman Indonesia MUNDUR kembali?
berkunjung balik sahabat...memang masalah pendidikan di Indonesia selalu begitu dan itu masalah krusial sekali, padahal itukan untuk memajukan bangsa juga nantinya. kayaknya orang pintar di negeri kita gak mau dia digantikan orang pintar selanjutnya. salut buat artikel ente yang masih mau care dengan dunia pendidikan kita. coba kamu baca bukunya fuad hasan mentri pendidikan kita dulu yang judulnya carut marut dunia pendidikan indonesia, pasti kamu nganggap kalau indonesia itu negara pelawak asal jadi hehehe. aku dah balas email kamu dan jangan lupa kunjungannya lagi kalau masih membingungkan. makasih atas kunjungannya di blogonol.
BalasHapussaya cuma mau nitip bro...perbanyak tulisan t6entang pendidikan di indonesia, karena biar semua sadar kalau dunia pendidikan kita masih jauh dari harapan yang ideal sama jauh panggang dari api, bagaimana mau masak ikannya?
BalasHapus